Minggu, 08 Juli 2012

IF YOU ASK ME THE LOVE (chapter 2)

Mana ya pria itu? padahal bibi bilang, dia akan datang ke taman ini pukul 09.00 AM, aku tahu sekarang waktunya.. tapi mengapa dia belum tampak juga? apa mungkin karena aku belum mengenalinya jadi aku tidak bisa menemukannya? tanpa habis pikir akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kembali pada bibi, aku menekan nomor telepon bibi pada hp-ku "yeoboseyo?" sapaku memulai pembicaraan "Hye Ri-ah, apa kau sudah bertemu Jung Mo?" tanya bibi begitu antusias "belum bi, aku tidak bisa mengenalinya.." desahku sedikit peduli " dia mengenakan jas hitam dengan kemeja biru muda" jas hitam berkemeja biru muda? memangnya ada pria berpakaian seperti itu disini? yang kulihat kebanyakan adalah mereka yang memakai kaus santai dengan celana trainingnya masing-masing, aku terus memandang sekeliling "apa kau menemukannya?" tanya bibi dengan segala kepeduliannya, aku mengatur nafasku, kubenarkan letak syal yang membalut leherku "belum.." jawabku tenang "baiklah, bibi akan menelponnya.. dimana kau sekarang?" ujar bibi dengan suara bijak "aku di depan restoran tempatku bekerja, namanya 'Choi's Lunch' " jelasku sambil memandang bangunan di hadapanku "bi, sepertinya aku akan bekerja dulu" lanjutku "bekerja? baiklah, akan bibi sampaikan pada Jung Mo" tanggap bibi tanpa komentar, sepertinya wajahku aneh kali ini. Bibi mengakhiri sambungan, baru saja aku memasukkan hp-ku kedalam tas tiba-tiba suara dering itu terdengar lagi, siapa kali ini? kuambil kembali hp yang baru saja kumasukkan itu, ups, itu Mr.Choi "yeoboseyo Hye Ri-ssi!" ujar Mr.Choi dengan suara yang bersemangat, atau terlalu bersemangat sehingga membuatku tersentak "ada apa Mr.Choi?"tanyaku sambil memindahkan posisi hp ke telinga kanan "kau bisa datang ke restoranku sekarang?" ia balik bertanya "kebetulan sekali, saya ada di depan restoranmu Mr.Choi, hendak masuk" jelasku dengan nada ramah, Mr.Choi tertawa "baiklah datangalah kemari, pegawai lain sudah berkumpul" ujarnya "ah iya, arasseo arasseo" jawabku sekaligus mengakhiri pembicaraan. segera aku bergegas memasuki restoran berukuran besar di depanku, sembari barjalan, aku memasukkan hp-ku kembali ke dalam tas.
Aku memasuki restoran itu, didalamnya terdapat kira-kira tigapuluhan meja, di ujung ruangan terdapat meja kasir dan counter pemesanan dan di kedua sudut paling depannya terdapat LCD TV yang lumayan besar. setelah meneliti itu semua kusimpulkanlah bahwa sepertinya restoran ini lumayan bergengsi, aku baru melihatnya hari ini, kemarin saat melamar kerja aku hanya mengunjungi kantor besar Mr.Choi yang kebetulan teman baik appa."maaf, anda pekerja baru?" suara seseorang disampingku, astaga, aku baru sadar ternyata aku tidak sendirian disini, dia seorang gadis seumuranku barambut panjang sepinggang "ya. saya pekerja baru. Kang Hye Ri, senang berkenalan denganmu" ujarku sambil mengulurkan tangan kananku ke depan, seulass senyum tersungging di bibir gadis itu "saya Oh Ha Young, salam kenal" tanggap gadis bernama Oh Ha Young tersebut sambil menyambut uluran tanganku "kau mengambil bagian counter bukan?"tanyanya lagi memastikanku "benar" jawabku singkat "kau sama denganku" lanjutnya tanpa ditanya "benarkah? kurasa kita bisa berteman baik" ujarku "ya, kurasa begitu" jawab Ha Young dengan yakinnya.
***
"Selamat siang dan selamat datang di Choi's Lunch, ada yang bisa saya bantu?" sapaku seramah mungkin kepada pelanggan pertama yang datang : seorang wanita setengah baya dan seorang anak perempuan kecil. "terimakasih. sepertinya orange juice cukup menyegarkan, saya pesan dua" jawab wanita tersebut "ada lagi?" tawarku dengan nada yang sama "ah, tidak terimakasih" sergahnya dengan senyum lebar. segeralah wanita tadi terhuyung-huyung menuju meja di sudut kiri ruangan, aku memandang meja tempatnya duduk, hmm.. nomor 6. "Mr.Yang, dua orange juice untuk nomor 6!" ujarku setengah berteriak, seorang pria berusia awal tigapuluhan muncul dari pintu bertuliskan 'waiter and waitress only' "nona muda, apa yang kau katakan tadi?" tanya pria tersebut padaku "dua orange juice untuk nomor 6" ulangku "arasseo" jawabnya disertai senyum kecil, Mr.Yang adalah koki andalan disini, ia bekerja disini sejak umur duapuluh. aku harap aku bisa mengikuti jejaknya walaupun usiaku dua tahun lebih tua dari usia Mr.Yang saat pertama bekerja disini, tidak masalah bukan?
'Kring kring' suara pintu restoran yan dibuka membuyarkan lamunan singkatku, aku tersentak kaget dan dengan refleks menoleh kearah pintu terbuka. seorang pria berkemeja abu-abu gelap dan berkacamata dengan rambut lebat seleher masuk membawa tas ransel hitam yang setia di pundaknya. syal yang menutupi mulutnya memberi kesan misterius. "Hye Ri, ada apa?" tanya seseorang disampingku, itu Ha Young "ah, tidak, siapa pria itu? seram benar.." jawabku tanpa mengalihkan pandangan "bukan seram, itu keren Hye Ri.. jarang-jarang di Seoul ada pria seperti itu" tanggap Ha Young menentangku, aku menoleh padanya, memasang wajah heran "benar kan?" timpalnya dengan senyum simpul, "ada apa di dalam tasnya itu? kelihatannya tas itu selalu dipakainya" komentarku terlebih pada diri sendiri "itu buku, lihat saja sebentar lagi dia akan membaca bukunya itu" jawab Ha Young tanpa kuduga, darimana dia tahu semua tentang pria itu? mengherankan. benar saja, pria itu mengambil sebuah buku dari tasnya lalu membacanya "nah,kau lihat? benar kan?"seru Ha Young dengan bangganya "bagaimana kau tahu?"aku mulai penasaran "dia selalu datang kesini setiap jam makan siang"jelasnya sambil terus memandang pria itu.
***
"Hye Ri-ssi, tunggu sebentar!" secara sigap aku membalikkan badan "ada apa Mr.Choi?' tanyaku ringan, seulas senyum lebar menampakkan gigi-gigi putihnya "boleh saya menitip sesuatu?" usulnya dengan ramah "tentu saja" jawabku singkat. ia mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya lalu memberikannya padaku, sementara aku menerimanya dengan wajah heran "untuk Kang Sae Eun" tegasnya tanpa memudarkan senyum, aku terbelalak mendengar nama bibi disebut "maksud anda bibi Sae Eun?" tanyaku sedikit gugup, ia mengangguk. ya ampun, ada apa sebenarnya? "maaf. darimana anda bisa mengenal bibi Sae Eun?"tanyaku dengan nada curiga "untuk lebih lanjutnya kau boleh bertanya pada Sae Eun sendiri" jawabnya ringan, aku mengangkat alisku. "begitu? baiklah, saya rasa saya harus pergi sekarang. permisi" pamitku "baiklah. terimakasih" tanggapnya.
Aku mulai menapakkan langkah menyusuri tepian jalan yang tertutupi daun daun yang gugur. seperti kemarin, angin masih berhembus kencang dan seringkali menerpa rambut sebahuku. aku masih terheran-heran dengan amplop tadi. kubuka resleting tas selempangku dan kuambil secarik amplop dari Mr.Choi tadi disana tertulis : untuk Kang Sae Eun dari Choi Jong Min. tunggu sebentar, apa aku salah lihat ya? tidak tidak, aku tidak sakit mata atau minus atau apalah. mataku normal.baiklah, kucoba untuk percaya. aku makin penasaran ada apa sebenarnya, jadi kupercepat langkahku hingga sampai di sebuah halte bus. aku berhenti. kulirik jam tanganku, pukul 04.35 PM rupanya. entah karena keberuntungan atau apalah, tanpa menunggu lama bus jurusan Incheon pun datang, aku bersorak riang di dalam hati. orang-orang yang sejak tadi menunggu mulai menaiki bus tersebut, aku baru naik saat orang-orang duduk di posisinya masing-masing. beberapa orang melirikku yang berjalan di lorong bus, beberapa lagi sibuk dengan dirinya sendiri. aku memilih duduk di kursi seat paling belakang. kuhempaskan tubuh lelahku di kursi tersebut. melelahkan sekali hari ini. kupejamkan mataku sejenak untuk melepas penat. "kau menginjak tasku" seseorang disampingku bersuara ketus, aku tetap bergeming, tidak peduli. "maaf, kau menginjak tasku" aku membuka mata dan menoleh kesamping. ya Tuhan, pria berkacamata tadi pagi duduk disampingku seraya membaca buku. kebetulan apa ini? ah,tidak, maksudku apa dia yang tadi bersuara? "maaf, apa anda yang tadi berbicara?"tanyaku, berusaha sopan. "kau menginjak tasku" responnya tanpa berpaling dari buku yang ada di hadapannya. aku melirik ke bawah. o-oh, aku memang menginjak tasnya, kusingkirkan tas itu dari kakiku "maaf, saya tidak sengaja" ujarku membela diri, pria itu tidak merespon. pria macam apa dia? tidak menghargai orang sekali. aku terus menggerutu dalam hati. apa dia tidak mendengarku? apa ada sepasang headset di telinganya? tidak.
Aku memalingkan pandangan ke jendela, kuambil cara akhir : membiarkan pria itu bertindak sesukanya. ya, aku tidak peduli. sekarang, hanya suara bus yang melaju yang terdengar di telingaku. aku menoleh sejenak kearah pria tadi, dia masih serius membaca buku. aku menghembuskan nafas kesal.
***
Aku menekan bel interkom rumahku untuk yang ke beberapa kalinya, tidak ada jawaban sejauh ini. mana Seung Ho? apa dia sudah tidur? sekarang masih jam 06.00 PM, tidak biasanya jika ia sudah tidur. "Nunnan? kaukah itu?" Seung Ho menjawabnya "ya, cepat bukakan pintunya" balasku. tak lama, pintupun terbuka, seperti biasa, Seung Ho menutup jalan "aku yakin nunnan mengerti" celotehnya dengan nada canda. ya ampun, aku melupakan sesuatu rupanya. "mian.. (maaf) aku melupakan itu" ujarku penuh sesal "mwo?! (apa?!) apa yang terjadi padamu? bagaimana bisa kau melupakannya?" omel Seung Ho, dia terdengar seperti ibuku, mengomel tidak jelas, aku mengerutkan kening "mian.. aku janji besok akan kubawakan dua batang cokelat, oke?" hiburku, berharap melihat ulasan senyumnya, oh my god, Hye Ri jangan bermimpi, lihat saja, adikmu yang satu ini masih memasang wajah murung "aku tidak mau!" tolaknya dengan suara keras, astaga, dia terlihat seperti anak usia tujuh tahun. "lalu apa yang kau mau?" tanyaku dengan suara lembut, ia mulai berpikir, kurasa. aku mengangkat alis. "aku mau nunnan mengajakku ke taman kota besok!" tegasnya "taman?" tanyaku meyakinkannya, ia mengangguk "kita sudah lama tidak pergi ke taman kota sejak eomma pergi" ujarnya memberi alasan "arasseo arasseo," aku mengiyakan "tapi kau harus menungguku sampai pulang kerja, kita akan ke taman besok malam, bagaimana?" aku memberi syarat "aku mengerti" jawabnya dengan terpaksa kurasa, kulukiskan senyuman lebar di bibirku "sudahlah, ayo masuk, anginnya besar" ujarku, Seung Ho menurut, akupun masuk dan menutup pintu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar