Minggu, 01 Juli 2012

IF YOU ASK ME THE LOVE (chapter 1)

Angin yang besar menerpa rambut sebahuku, astaga map yang sejak tapi kupegang terlontar ke belakang. aku mendengus kesal, sudah terlalu lelah diriku hari ini. dengan langkah terpaksa, aku memutar arah untuk sejenak memungut map tersebut. setelah kuambil, aku mendekap map tersebut agar tidak terbawa angin lagi. cuaca hari ini memang cukup buruk, kurasa ini awal musim gugur. lihat saja, daun-daun mulai jatuh berguguran dari pohonnya, angin hari ini pun terasa dingin. mungkin esok hari memakai syal dan sweter sudah menjadi kewajiban.
Aku terus berjalan menyusuri jalanan kota Incheon yang ramai oleh pejalan kaki yang juga sepertinya kelelahan sepertiku. ah sudahlah, mungkin aku hanya menyamai tanpa bukti. baiklah, sedikit informasi tentang diriku, seharian ini aku sibuk mencari pekerjaan. aku Kang Hye Ri, gadis Korea mutlak berusia duapuluh tiga tahun. lima tahun lalu, appa atau ayahku meninggal disaat kelulusan SMA-ku. dan karena itu, eomma atau ibuku pergi mambanting tulang ke negeri seberang, China. dan beginilah, hari ini akhirnya aku mendapat pekerjaan untuk menghidupi aku sendiri dan adik laki-lakiku yang berusia lima belas tahun, Kang Seung Ho setelah lima tahun ini telah menguras tenaga bibiku, bibi Sae Eun yang bersedia menanggung jawabi kehidupanku dan Seung Ho, sebuah bahan motivator bagiku.
Sebuah rumah besar yang ditutupi gerbang tinggi yang tua berdiri tegak di hadapanku, mungkin kalau dilihat dari luar, rumah ini seperti tidak berpenghuni, tapi kenyataannya, akulah penghuninya. aku mendorong gerbang tinggi tersebut, dan suara decitan yang disebabkan gerbang tersebut membuat telingaku bising, gerbang ini sudah tua kubilang. halaman yang lumayan luas terhampar di depanku, dulu aku dan Seung Ho sering bermain bola bersama appa di halaman ini. tapi sekarang halaman ini sudah tidak terurus. aku terus berjalan melewati halaman yang penuh kenangan tersebut. aku sampai di teras yang permukaannya lebih tinggi dari halaman tadi, kupencet bel interkom yang ada di sebelah pintu. tak lama kemudian seorang anak laki-laki membuka pintu, itu Seung Ho. "nunnan.. apa kau membawa sesuatu?" tanya Seung Ho sambil terus berdiri di depan pintu, dia mencegat jalanku. "maksudmu ini?" tanyaku sambil menunjukkan sebatan coklat yang kuambil dari kantung celanaku, Seung Ho menyeringai senang, coklat tadi langsung ia ambil dari tanganku, "kau ini.." ocehku sambil mengacak-acak rambutnya, perlu diketahui, hobby Seung Ho yaitu meminta sesuatu apabila aku pulang dari suatu tempat, aneh bukan? aku juga tidak mengerti ada kelainan apa padanya, ups.. aku hanya bercanda, dia normal. hanya unik mungkin. "nunnan.. kau darimana saja?" tanyanya lagi dengan wajah sok-pedulinya "aku mencari pekerjaan" jawabku singkat, ia hanya manggut-manggut "tidak mungkin kan kita terus bergantung pada bibi," lanjutku "aku akan masuk, cepat menyingkir" pintaku, Seung Ho menyingkir satu langkah kesamping. aku melangkahkan kaki memasuki ruang keluarga, aku terkesiap melihat kaset-kaset harry potter koleksiku berantakan, "Seung Ho!!!!" jeritku, segera aku kembali ke depan dan mendapati Seung Ho dengan wajah pura-pura polos, aku menarik ujung daun telinganya dengan kesal "aaa!!!! ada apa nunnan?!" jeritnya kesakitan "apa yang kau lakukan dengan kaset-kaset kesayanganku??!!!" bentakku "arasseo arasseo, aku akan membereskannya! lepaskan tanganmu!" teriaknya tidak kalah kencang, aku melepaskan tanganku dengan dengusan kesal "ayo bereskan!" bentakku lagi, Seung Ho masuk ke dalam. aku menghela nafas sambil berkacak pinggang. astaga, apakah aku terlihat seperti monster tadi? aku tidak peduli, kaset-kaset itu aset berhargaku yang kukumpulkan sejak kelas dua SMA. konyol sekali kedengarannya.
Aku masuk kembali ke dalam dan meihat Seung Ho yang masih sibuk membereskan kaset-kasetku, wajahnya terlihat jengkel sekali, aku hanya bisa menahan tawa melihatnya. "bereskan yang benar," ujarku sambil berlalu. aku bergegas menuju kamarku yang terletak di ujung rumah, sesampainya di kamar, aku langsung menjatuhkan diriku di atas kasur, kupejamkan mataku dan merasakan hawa sejuk kamarku yang dihasilkan oleh AC atau air coditioner. terang saja, aku lelah sekali, kurasa aku sudah menjelaskan penyebabnya tadi. aku lega, besok pekerjaanku dimulai. malam ini aku akan mengunjungi bibi untuk memberitahu hal ini. aku harus berterimakasih padanya.
Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 07.30 PM,  kurasa aku harus segera pergi sebelum larut. maka aku segera berganti pakaian : jeans panjang dan kaus putih panjang, tak lupa kukenakan juga tas selempang kecil. setelah siap, aku langsung berjalan. "nunnan, kau mau kemana?" tanya Seung Ho saat aku melewati ruang keluarga "aku akan ke rumah bibi, jaga rumah ya!" ujarku seraya pergi. Seung Ho hanya mengangguk, sepertinya.
***
Tinggal beberapa langkah lagi aku akan sampai di rumah bibi Sae Eun, langkahku terhenti ketika melihat seorang laki-laki berjalan keluar dari rumah bibi, siapa dia? sepertinya aku baru melihat orang itu, aku tidak bisa melihat wajahnya disebabkan kurangnya cahaya. pria itu membawa tas ransel besar, sepertinya isi tas itu penuh. siapa ya?
Setelah pria itu pergi, segera kulanjutkan langkahku, kutekan bel interkom rumah bibi, tak lama bibi pun membuka pintu "oh, Hye Ri? apa kabar?" sapa bibi dengan ramah "aku baik-baik saja bi.." jawabku dengan senyuman "ayo masuk" ujar bibi mempersilahkan, aku membuntuti langkahnya masuk lalu duduk di sofa "bibi, pria tadi itu siapa?" tanyaku memberanikan diri "itu pegawai perpustakaan, kemarin bibi memesan sebuah buku" jelas bibi, aku hanya ber 'ooh' sambil mengangguk-angguk, bibi terkekeh, aku menatapnya heran "jangan sampai kau berpikiran bahwa bibimu ini akan mencari suami lagi" ujar bibi sambil menahan tawanya, aku tidak mengerti "aku tidak mengerti  bi.." ujarku mengakui "bibi hanya takut kau berpikiran macam-macam tentang pria tadi.."jelas bibi lagi, aku mulai mengerti "tidak bi, aku rasa bibi cukup setia" komentarku. seperti itulah, bibi ditinggal suaminya dua tahun lalu,padahal mereka baru satu tahun menikah dan usia bibi baru memasuki awal tigapuluhan. untuk beberapa saat keadaan hening "Hye Ri-ah, apa kau menyukai seseorang?" tanya bibi memecah keheningan, aku terperanjat. "belum bi, aku belum mementingkan hal itu" jawabku dengan kikuk "mau kukenalkan dengan seorang pria?" tawar bibi, lagi-lagi aku terperanjat, untuk kali ini aku tidak bisa berkata apapun "mau tidak?" tanya bibi sekali lagi karena melihatku yang terus diam "eeh.. kurasa tidak perlu bi, terimakasih" tolakku canggung "ayolah Hye Ri.. namanya Kim Jung Mo, dia seorang model, rekan kerjanya, Lee Ri Yoon adalah atasan bibi" jelas bibi tanpa diminta, karen terus didesak, akhirnya aku meng-iyakan permintaan bibi tersebut "baiklah bi" jawabku pada akhirnya, bibi terlihat senang "baiklah, bibi akan mengenalkannya" ujar bibi dengan senyum lebar, aku ikut tersenyum walau terpaksa "Hye Ri-ah, ada yang ingin kau katakan?" tanya bibi, hampir saja aku melupakan satu hal yang menjadi alasanku datang kesini "bibi, besok aku mulai bekerja di restoran" kataku, bibi terlihat terkejut "apa? bekerja?" ulang bibi " maaf, aku tidak menanyakan pendapat bibi sebelumnya, aku tidak bisa apabila terus bergantung pada bibi" jelasku, bibi terdiam, aku mulai waswas, bagaimana ini? aku bukanlah orang yang pandai mengatur keadaan "maaf bi.." ucapku sekali lagi, bibi menatapku lekat "tidak apa-apa, kau sudah besar, kau berhak melakukan apa yang menurutmu baik. harusnya bibi yang minta maaf karena memperlakukanmu seperti anak kecil" ujarnya mengakui. keadaan menjadi hening. "baiklah bi, terimakasih atas segala yang bibi lakukan padaku dan Seung Ho" ucapku sambil, menatapnya, ia tersenyum simpul " semoga kau sukses, bibi selalu mendoakanmu, jangan lupa cerita pada bibi jika ada masalah" usul bibi, aku mengangguk penuh tekad "baik bi, sepertinya Seung Ho menunggu di rumah" ujarku sambil melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 08.30 PM "tunggu sebentar, bibi punya sesuatu" sergah bibi sambil berlari ke dalam. tak lama kemudian, bibi kembali dengan sepiring puding yang kemudian dimasukkannya ke dalam sebuah kotak makan "bibi yakin kau tdak bisa masuk ke rumah tanpa ini" ocehnya sambil menutup kotak makan tersebut, aku tertawa kecil "maksud bibi Seung Ho?" tanyaku masih menahan tawa "benar sekali! dan kapan ya kira-kira hobby anehnya itu berakhir?" celoteh bibi setengah serius "kurasa hobby tetaplah hobby.. akupun tidak keberatan" anggapku ringan, aku mulai melihat seulas senyum di wajah seriusnya "bawalah ini," ujar bibi sambil memberiku kotak makan tadi,aku menerimanya "terimakasih bi, kurasa ini sudah begitu larut" pamitku sambil bangkit dari sofa, bibi ikut berdiri "hati-hati di jalan ya.. apa perlu bibi antar?" tawar bibi "tidak usah bi.. aku bisa pulang sendiri," ujarku mengelak "benarkah? ya sudah hati-hati," pesan bibi sambil membiarkanku pergi.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar