Rabu, 08 Agustus 2012

Pohon Darah Naga




Pohon darah naga atau Dragon’s Blood Tree dinamai oleh Profesor Issac Bayley Balfour pada tahun 1880. Pohon ini berbentuk seperti jamur atau payung. Daunnya berbentuk seperti pedang, keras dan bergerombol diatas pohonnya.
Pohon darah naga tumbuh di daerah yang kering. Hidupnya bisa mencapai lebih dari 300 tahun. Pohon darah naga bersaudara dengan Dracaena Draco dari kepulauan Canary, Spanyol. Dracaena Draco juga disebut pohon darah naga.
Pohon ini menghasilkan getah yang berwarna merah darah. Getah itu keluar dari batangnya, dan disebut darah naga. Getah tersebut sangat berguna, bisa dijadikan obat, pewarna, pernis, serta pengharum.
Getah “darah naga” sudah digunakan obat sejak abad ke-1 oleh masyarakat Romawi kuno, Yunani kuno, dan Arab. Lalu, sekitar abad ke-18, dipakai sebagai pernis untuk biola di Italia. Saat ini, darah naga masih digunakan sebagai pernis biola dan juga dipakai dalam proses fotografi.
Menurut legenda, zaman dulu, ada ular basilisk yang sangat besar. Ular itupun dianggap sebagai naga. Suatu hari, naga tersebut berkelahi dengan seekor gajah sampai mati. Kedua binatang tersebut mengeluarkan darah. Darah keduanya dipercaya memiliki kekuatah ajaib. Maka, ketika darah keduanya bercampur, tumbuhlah sebatang pohon. Pohon itulah yang kemudian dipercaya merupakan Dragon’s Blood Tree atau pohon darah naga.
Pohon darah naga merupakan pohon khas dan asli dari kepulauan Socotra, Yaman. Kepulauan Socotra bahkan dikenal sebagai penghasil darah naga, sebutan dari getah merah yang dihasilkan oleh pohon darah naga tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar